18 September Pagi

Engkau yg tinggal di Jakarta dan sekitarnya, pasti sudah tidak asing lagi dengan macet. Seperti sy yg tinggal di pinggiran ibukota, tiap pagi dan petang menyusuri jalanan ceger-gatot subroto. Dan seperti biasa pagi ini kami berangkat sekitar pukul 6.40. Jarak 15-17 km itu kami tempuh minimal dalam waktu 40 menit. Nahasnya, kami terjebak macet di rel Bintaro Permai. Setidaknya 15 menit kami berdiam disana. Akhirnya pasrahlah, bisa dipastikan kami telat.

Tapi hey, sebenarnya bukan tentang telat itu yg hendak saya ceritakan. Bukan pula tentang kompensasi 30 menit pulang lebih lambat yang harus saya bayar untuk keterlambatan ini. Ehm, hampir 5 menit saya mengamatinya. Karena hampir 5 menit motor mereka seiring dengan kami. Terlihat yang berboncengan itu suami istri, saya kira. Mungkin, usia si ibu, yang dengan nyaman memejamkan mata dan menyandarkan badan serta kepala ke punggung dan bahu lelaki depannya, belum lebih dari 40 tahun. Kita bisa membayangkan, kepala (dengan helm) yang menyandar ke depan, ke pembonceng, akan mengganggu ketegakan kepala pembonceng (sy menyebut pembonceng ini untuk yang di depan). Dan kau tau, si bapak yang di depan tetap mengendara motornya dg posisi kepala menunduk ke depan, seolah tak ingin mengganggu kenyamanan yg di belakangnya. Pemandangan yang ‘sesuatu’, saya kira, saat kondisi jejalanan macet begitu. Hehe

6 thoughts on “18 September Pagi

Leave a comment