Sunat Anak-Ketiga

Beberapa bulan lalu, kami melewati sebuah klinik sunat dan tercetuslah pertanyaan ke anak ketiga kami, N3, mengingat usianya sudah lebih dari 5 tahun (kakak pertamanya dulu sunat waktu usia 4.5 tahun, dan kakak kedua 3.5 tahun – pernah saya ceritakan disini)

“Dek, kapan mau sunat?”

Dia tidak menjawab pertanyaan kami namun menceritakan teman-temannya yang sudah sunat, dan kami menganggap itu adalah sebuah tanda kesiapan darinya, setidaknya bukan tanda penolakan.

Maka akhirnya di liburan kenaikan kelas tahun ini, sekaligus pekan libur di idul adha, kami memutuskan untuk menyunatkan dia. Dan pilihan kami jatuh pada klinik Safubot Bintaro.

28 Juni 2023

Pagi hari kami mengikuti shalat idul adha dan sekitar pukul 10 kami menuju ke klinik (sebelumnya telah melakukan reservasi). Setibanya di lokasi, ternyata cukup ramai, bahkan saya bertemu dengan 2 teman saya yang juga mengkhitankan putranya.

Tindakan khitan N3 dilakukan selama sekitar 15-20 menit. Selama proses, kami tidak berhasil mengalihkan perhatiannya menggunakan gadget, dia tetap menangis. Kondisi penisnya yang fimosis (pelekatan kulup/kulit kepala penis) membuat tindakan menjadi terasa lebih menyakitkan dibandingkan kondisi normal.

Setelah menyelesaikan administrasi dan mendapatkan penjelasan dari suster mengenai cara perawatan, kami menuju mobil. Di dalam mobil sepanjang perjalanan pulang, N3 kembali menangis sambil merintih, “Kenapa harus sunat?”

Begitu sampai rumah, dia masih menangis. Akhirnya kami coba mengalihkan perhatiannya dengan memutarkan film di laptop. Berhasil, hingga akhirnya dia tertidur.

Tantangan kembali datang ketika dia BAK. Pertama kali, dia tidak menduga akan sakit, namun ternyata dia merasakan sakit. Demikian pula saat dibersihkan pipisnya dengan sprayer dari klinik, dilanjutkan dengan pemberian bethadine serta salep. Maka di kesempatan selanjutnya, dia cenderung menahan pipisnya sehingga saya harus membujuknya terlebih dahulu.

Selama 3 hari pertama, dalam sekali BAK, proses membujuk ini memakan waktu 1-1.5 jam. Saat mulai mengajaknya BAK, dia akan menanyakan, “Mengapa harus pipis?” Saya kemudian menjelaskan alasannya secara ilmiah. Dia kemudian kembali ke pertanyaan, “kenapa harus sunat?” Saya kemudian akan menjelaskan kembali kebaikan-kebaikan dari melakukan sunat.

Tidak selesai disitu, dia akan menanyakan, “kenapa sunat harus sakit?” Saya pun menjelaskan bahwa setiap anak laki-laki (muslim) harus sunat dan setiap yang hidup akan mengalami rasa sakit. Dan ternyata belum berhenti dong, dia masih lanjut bertanya, “Mengapa harus hidup?” Skakmat. Saya speechless.

Dan pertanyaan-pertanyaan ini terus diulang setiap kali waktu BAK. Belum lagi pertanyaan perluasan semacam ‘kenapa harus di-bethadine’, ‘kenapa harus dikasih salep’, ‘kenapa harus dikeringkan’. Pokoknya semuanya ‘kenapa harus..’.

Syukurnya, pekan itu pekan libur kerja (tanggal merah dan cuti bersama), sehingga saya bisa mendedikasikan waktu saya untuk merawat N3. Qadarullah di hari kedua nya, ada kabar Ibu mertua sedang sakit dan opname sehingga suami harus pulang kampung. Maka perawatan N3 menjadi tanggung jawab saya sepenuhnya. Alhamdulillah ‘ala kulli haal. Kuncinya adalah sabar saja. This too shall pass.

Oiya, untuk biaya, kami mengambil paket reguler dengan biaya sekitar 2.9 juta (ada paket VIP sekitar 3.6jt), dan karena ada anggota keluarga yang ulang tahun, maka kami mendapatkan diskon 200rb. Perbedaan paket VIP dan reguler, yang menurut kami, kami butuhkan adalah tambahan painkiller dan safubot oil. Dan alhamdulillah, itu bisa kami beli terpisah sehingga kami memutuskan mengambil paket reguler saja.

Leave a comment