Mengatasi Gangguan Hidung

Flashback bertahun-tahun lalu…

Ketika saya SMA, saya mengalami pilek yang terus-terusan. Teman SMA saya kemudian memperingatkan saya, “eh, ati-ati, lo. pilek menahun ki iso nggarai (menyebabkan) polip, lo“. Setelah ada warning itu, saya ke dokter umum. Dokter mengatakan ada daging di hidung saya, tapi tidak secara eksplisit mengatakan polip.

Entah insting atau bagaimana, waktu itu saya kemudian berikhtiar dengan memperbanyak minum air putih. Dan alhamdulillah, pilek saya tidak lagi terus-terusan.

Saat kuliah, saya pernah main ke daerah bogor yang berada di dataran cukup tinggi dan berudara dingin. Di sepanjang perjalanan pulang, saya merasakan hidung mampet yang menyiksa. Seperti terasa ada cairan pekat yang terjebak dalam hidung dan tidak bisa keluar. Sejak itu, saya mulai menaruh perhatian terhadap gangguan di hidung saya. Tapi apa boleh buat, memeriksakannya ke dokter belum menjadi prioritas biaya saat itu.

Kemudian…

Setelah menikah, begitu saya menceritakan keluhan kepada suami, suami menyarankan untuk berikhtiar dengan propolis. Namun saya rasa belum berdampak signifikan. Belakangan saya mulai concern lagi urusan ini. Saya coba ke dokter umum di faskes 1 BPJS. Dokter umum mengatakan saya rhinitis (radang hidung) yang disebabkan alergi. Beliau juga mengatakan konka (turbinat) saya besar. Dokter memberikan obat flu dan obat anti peradangan. Ketika saya menanyakan apakah memungkinkan mendapat rujukan ke dokter THT, dokter ini belum mau memberikan dengan alasan ‘tidak bisa serta merta memberikan rujukan sebelum memberikan penanganan pengobatan terlebih dahulu’. Baik.

Puncaknya…

Ketika saya ditugaskan untuk mengikuti kegiatan kantor di Bogor selama 3 hari. Kondisi udara yang begitu dingin ditambah full AC di hotel, mendesak saya untuk memutuskan ‘ini tidak bisa ditunda lagi untuk ke dokter THT’. Kondisi awalnya memang badan saya kurang fit, tenggorokan sakit, yang memicu produksi lendir. Namun di kondisi udara biasa, lendir ini tidak begitu mengganggu. Begitu di udara dingin, lendir ini seperti memekat dan terjebak di hidung. Nafas saya menjadi sesak dan bicara saya menjadi tersengal-sengal. Untuk memperbaiki keadaan ini, saya memaksa (dengan sekuat tenaga) mengeluarkan lendir pekat itu. Tentu saya menunggu kondisi di toilet sepi karena suara yang dihasilkan dari aktivitas itu cukup mengerikan. Haha. Sekali dua kali saya paksa, hingga kemudian selain lendir pekat, juga disertai darah segar. Selaput hidung saya pecah karena saya terlalu keras memaksa (yang kemudian setelah saya baca-baca, memaksa lendir keluar seperti ini berbahaya, selain bisa menyebabkan infeksi karena luka, juga bisa mengenai syaraf mata yang berujung ke kebutaan. Ngeri).

Informasi Internet

Saya semakin mencari informasi. Kalau dulu-dulu praduga saya hanya berada di antara polip atau sinus. Sekarang jadi bertambah konka. Mengenai pembesaran konka, saya baca-baca, banyak yang operasi untuk pengecilan konka ini. Akhirnya saya browsing rekomendasi dokter THT.

Chat di Aplikasi Konsultasi Dokter

Selain membaca-baca artikel, saya juga mencoba konsultasi online melalui premium chat (berbayar 15.000) di aplikasi alodokter. Berdasarkan chat itu, yang saya simpulkan adalah :

  • Jika hidung saya mampetnya tidak terus-terusan dan bergantian kiri kanan, maka kemungkinan pembesaran konka saya tidak permanen. Namun saya menanggapi bahwa ketika setiap kali saya lihat di cermin, besarnya konka tidak berubah.
  • Berdasarkan tanggapan saya tersebut, dokter menyarankan saya untuk periksa langsung ke dokter THT. Itu yang memang saya rencanakan. Dokter juga menginformasikan step untuk saya lakukan yaitu:

Saya periksa ke dokter THT. Dokter THT akan melakukan endoskopi. Dari hasil endoskopi akan terlihat apakah yang terjadi pada hidung saya, apakah : rhinitis (radang hidung), sinusitis (radang sinus), atau polip. Dokter THT akan memberikan nasal spray. Jika dengan nasal spray keadaan tidak membaik, baru mungkin akan ditindaklanjuti dengan tindakan misalnya operasi. Clear.

  • Harga 15rb yang saya keluarkan untuk premium chat tersebut terbayar oleh informasi mencerahkan yang saya dapatkan tersebut.

Kunjungan ke Dokter

Malam hari itu juga, saya mencoba membuat perjanjian dengan dokter THT. Setelah browsing dan berpikir satu dua alasan, saya memutuskan untuk ke dokter THT di RS Sari Asih Ciputat. Salah satunya karena ada dokter wanita dan berhijab pula, hehe, lebih nyaman.

Esoknya, begitu saya masuk ruang periksa, dokter menanyakan keluhan saya. Kemudian, persis seperti step yang diinformasikan dokter THT di chat alodokter, saya diendoskopi. Hasil dari endoskopi adalah :

  • tidak ada polip
  • konka cukup besar tapi masih wajar, artinya belum perlu tindakan
  • ada radang sinus.

Radang sinus ini kemungkinan dipicu oleh alergi saya terhadap dingin. Dan diperparah dengan aktivitas saya memaksa lendirnya keluar yang menyebabkan pembuluh darah hidung pecah dan luka.

Resep Dokter

Dokter membekali saya dengan air cuci hidung (cairan infus) dan nasal spray. Beliau menyampaikan untuk meminimalisir penggunaan obat lain.

  1. cuci hidung

cuci hidung bisa dilakukan dua kali sehari dan rutin selama 2 minggu.

  • 10 ml air disemprotkan menggunakan alat pendorong (yang biasa digunakan untuk menyuntik) ke lubang hidung sebelah kanan dengan kepala miring ke kiri. Tujuannya agar air masuk ke dalam dan mengalir keluar dari hidung kiri.
  • Ulangi untuk lubang hidung kiri.
  • Jangan lupa bernafas melalui mulut.

 

  1. Nasal spray

Digunakan dua kali sehari setelah hidung dicuci. Spray ini dimaksudkan untuk meredakan radang sinus. Dengan kondisi kepala tegak, disemprotkan dua kali ke arah pipi (arah sinus) dan dihirup seperti inhaler.

img_20191204_0642338608960316562291397.jpg

Total Biaya yang saya keluarkan :

  • 175 rb : administrasi dan jasa dokter
  • 425 rb an : endoskopi, cairan cuci hidung, nasal spray, flux pendorong.

Semoga dengan ikhtiar ini bisa sembuh tanpa perlu tindakan. Karena sungguh jika kau merasakan gangguan hidung mampet apalagi cukup parah dan berkepanjangan (bukan mampet pilek biasa), menghirup udara dengan leluasa itu nikmat yang luaarrr biasa. Alhamdulillah..

 

 

4 thoughts on “Mengatasi Gangguan Hidung

  1. Syafakillah Ukh, semoga lekas sehat, Saya juga bulan lalu ke dokter THT sama Haura setelah kami berdua sebulan pilek dan radang ga sembuh2. Biasanya kalo mau masuk musim hujan pilek tp ga lama trus sembuh. Tp ini kok perasaan lama sembuhnya (mungkin faktor U jg 😂) . Udah 2x ke dokter umum. Akhirnya ke THT, gejala sinusitis jg karena ada alergi (kemungkinan) debu, dingin dan makanan. Haura juga alerginya sama saya. Tp ga diberi obat spray. Dibersihin telinganya, cek hidung dan tenggorokan, diberi obat antilergi sama antibiotik. Kalo urusannya sama alergi bikin 😂😂 apalagi alergi itu menurun 😂

Leave a comment